ISTANA SOPHIA
ISTANA
SOPHIA
Sophia,
Mengapa jiwamu tidak menemukan kebahagiaan dipangkuan takhtamu? Mengapa ada
tangisan dan jeritan di takthamu sendiri? Apakah ada yang salah dengan segenap
penghuni takthamu ini? Jika ada yang
salah, hai Sophia bangunlah dan pergilah untuk bertanya pada “rumput yang
bergoyang”. Kata Ebiat G Ade di salah satu penggalan lirik lagunya yang
berjudul,” Berita Kepada Kawan.”
Waktu
pun terus berlalu, Sophia masih duduk termenung dengan kondisi jiwanya yang
semakin membara. Bagaikan bara api di tempat pembakaran sate kambing di
persimpangan empat, jalan Kapuk Indah, Jakarta Barat. Maklumlah, jika Sophia
terus meratapi jiwanya yang hilang. Karena ia tidak tahu entah ke manakah
jiwanya berada. Tetapi yang jelas jiwanya sedang berkeliaran ke sana ke mari
sembari mengamati fenomena yang terjadi di seputar kehidupan takthanya.
Sophia
merupakan gadis desa yang berasal dari keluarga yang tidak mampu di kampung
halamannya sendiri. Sophia tidak pernah mempersoalkan kehidupan kelurganya.
Karena ia tahu bahwa hidup tidak semudah dengan apa yang dibicarakan oleh orang
– orang di sekitarnya. Ya, memang ia tidak tahu apa – apa. Namun, yang menjadi
salah satu pertanyaan mendasar bagi jiwanya adalah, “Mengapa harus ada tangisan
di takthanya sendiri? Rasa ingin tahu Sophia telah mendorongnya untuk pergi
meninggalkan kampung halamannya yang tercinta. Sophia pergi dengan satu
orientasi yakni mencari kebenaran dari tangisan jiwanya. Karena jiwa Sophia
tidak akan pernah tenang dan damai, sebelum menemukan kebenaran dari tangisan
jiwanya. Apakah jiwanya akan didukung oleh Sang Kesempurnaan cinta? Entahlah,
sebab tiada seorang pun yang tahu dengan pasti keberadaan Kesempurnaan Cinta
itu sendiri.
Sophia
sang pencari kebenaran telah pergi ke salah satu tempat di seberang lautan
tanah kelahirannya. Sophia pergi melewati ribuan mil samudera lautan yang telah
menawarkan sejuta keindahan bagi jiwanya. Dikala ia berada di tengah samudera
lautan lepas, jiwanya semakin bergetar dengan keindahan alam semesta. Rasa
getaran jiwanya semakin ditautkan dengan tiupan angin nan sepoi – sepoi pada
senja hari itu. Segala sesuatu yang berada di sekitarnya pun menjadi saksi bisu
dari getaran jiwanya. Oooh……. Sang Kesempurnaan Cinta, jiwaku tak kan kesepian
lagi. Karena cinta-Mu yang menyejarah dalam alam semesta telah memberikan
ketenangan bagi jiwaku yang sedang gunda gulana ini. Andaikan Cintamu ini
bersemayam di dalam lubuk hati setiap jiwa yang berada di takthaku, maka
takthaku pun akan merasakan ketenangan dalam membangun istana kecilku.
Ketika
matahari mulai memancarkan tanda – tanda kehidupan di ufuk Timur, jiwa Sophia
kembali bergetar kencang. Seakan – akan jiwanya sudah menemukan makna kebenaran
dari tangisan jiwanya. Karena sang cakrawala telah membuka pintu hatinya untuk
terus mencari makna kebenaran yang sesungguhnya. Sembari menikmati keindahan
lain dari Sang Pemberi kehidupan ini. Jiwa sophia pun dimanjakan dengan tarian
ikan lumba – lumba yang selalu mengiringi peziarahannya dalam mencari makna
tangisan jiwa – jiwa yang berada di dalam takthanya sendiri.
Sophia
nama yang selalu menggetarkan jiwa – jiwa yang berada di sekitarnya. Karena
jiwa Sophia selalu didukung oleh alam semesta untuk mencari kebenaran dari
tangisan jiwa – jiwa yang berada di sekitar takthanya. Taktha Sophia, jika
dikelola dengan baik, akan memberikan kehidupan yang layak bagi seantero jiwa
yang menghuni takthanya. Karena takthanya merupakan taktha yang tiada taranya
di alam semesta ini. Taktha Sophia diberikan oleh Sang Pemberi Kehidupan ini
sebagai kado yang terindah untuk seisi jiwa yang menghuni taktha tersebut.
Namun, sayangnya taktha Sophia sampai detik ini pun masih ada tangisan bagi
jiwa – jiwa yang menghuninya. Oh…….. betapa malangnya jiwa – jiwa yang menghuni
taktha Sophia. Apa yang terjadi dengan jiwa – jiwa yang berada di dalamnya?
Entahlah tiada seorang pun yang mengetahuinya dengan pasti.
Tanpa
terasa sophia sudah mendekati batas keindahan samudera lautan. Kini, sophia
melanjutkan perjalanannya ke salah satu tembok kecil yang di dalamnya terdapat
jiwa – jiwa yang sangat menjunjung tinggi nilai kebenaran. Kebenaran merupakan
satu hal yang sangat dijiwai oleh seisi jiwa yang berada di dalamnya. Ketika,
matahari mulai ditelan oleh alam semesta di ufuk barat, sophia melangkah masuk
ke dalam tembok kecil itu dengan perasaan senang. Sophia merasa senang karena
ia akan menjadi salah satu murid dari sekumpulan jiwa – jiwa kebenaran yang
membentengi tembok kecil itu. Tembok kecil itu bagaikan surga kecil yang jatuh
dari langit di antara para pejuang keadilan dan kebenaran.
Ketika
sinar mentari mulai menerangi alam semesta dan segala isinya, sophia kembali
disadarkan oleh sapaan manja dari salah satu petinggi tembok kecil itu.
“Hai…….sophia
sang pencari kebenaran dan keadilan, bangunlah! wahai jiwamu yang haus akan
kebenaran, pergilah ke istana itu untuk menggali lebih dalam lagi tentang makna
kebenaran”. Jawab sophia, baiklah tuan. Aku akan pergi ke istana itu untuk mencari dan
terus mencari kebenaran dibalik tangisan jiwa – jiwa yang berada di taktha
kehidupanku. Sophia pun dengan seketika sudah berada di istana itu dengan
perasaan senang. Karena di sanalah sophia akan mengawali kisah perjuangannya
dalam mencari kebenaran dibalik setiap jeritan dan tangisan jiwa yang menghuni
takthanya. Sophia merasakan jiwanya menari – nari. Karena alam semesta pun
turut menari bersama dirinya. Sembari merasakan atmosfer alam semesta itu, mata
sophia pun dilemahkan dengan kehadiran “bodyguard”/pengawal
istana kecil para bijak. Tanpa disadari
oleh sophia, salah satu bijak menepuk bahunya dengan mengatakan bahwa, “sophia
biarkanlah getaran jiwamu ini juga dirasakan oleh para penghuni takthamu”. Jiwamu
harus berani melepaskan kenyamananmu saat ini. Jangan membiarkan kenyamananmu
ini, hanya dirasakan oleh seisi jiwamu seorang diri. Melainkan jiwamu ini harus
menjadi lilin yang dapat menerangi seisi jiwa yang masih menjerit kesusahan
ditakthamu sendiri. Teguran sang bijak ini, bagaikan petir yang menggetarkan
seantero jiwa alam semesta, terutama jiwa sophia sendiri. Sophia pun dengan
berat hati harus meninggalkan getaran jiwanya itu. Terutama pandangan matanya
yang sedari tadi bertautan erat dengan mata dari salah satu “bodyguard” di pojok kanan istana sang
bijak. Senyuman khas manjanya telah pudar diterpa kicauan burung dibalik istana
kecil sang bijak.
Kini,
sophia mengayunkan langkah kakinya ke deretan barisan para bijak, bukan deretan
para mantan pacar loh, yang sudah berkumpul di salah satu ruangan untuk
mengawali kisah pencarian makna kebenaran yang dibawakan oleh sophia dari
tangisan jiwa – jiwa yang menghuni takthanya. Sophia mulai menerima sentuhan –
sentuhan bijaksana dibalik istana bijak. Sophia semakin diperkaya dengan
percikan – percikan kebijaksanaan dari para pembimbing di dalam istana kecil
itu. Sophia merasa senang. Karena sophia mulai diajarkan budaya Jawa,
Kalimantan, Sumatera, Bali, NTB maupun NTT. Pengalaman demi pengalaman baru
didapatkan oleh sophia. Wawasan sophia pun ikut berkembang dalam memahami dunia
alam semesta takthanya. Pengalaman – pengalaman baru mengenai kebudayan lain
inilah yang menjadikan diri sophia semakin sadar bahwa jika seandainya taktha
kehidupannya dipenuhi dengan jiwa – jiwa bijak seperti yang ada di dalam istana
kecil itu, maka takthanya akan semakin jaya dan maju dalam membangun taktha
kehidupannya. Jiwa – jiwa yang berada di dalam taktha sophia pun akan menari –
nari. Karena seluruh jiwa yang ada di dalam takthanya pun akan turut merasakan kebenaran.
Terististimewa pengalaman baru akan nilai – nilai kearifan lokal dari setiap
budaya yang berada di luar takthanya. Sayangnya, kekayaan lokal budaya
nusantara masih belum diketahui oleh
sebagian besar jiwa – jiwa yang menghuni taktha sophia.
Hari
demi hari sophia semakin tahu dan sadar bahwa jika setiap jiwa yang menghuni
takthanya memiliki jiwa keberanian untuk mencari kebenaran dan keadilan di luar
takthanya. Maka, tangisan dan jeritan jiwa – jiwa yang menghuni takthanya tidak
akan kesepian lagi. Karena ketika jiwa mereka berani untuk melangkah, maka jiwa
mereka pun akan diperkaya dengan keanekaragam budaya yang berada di seantero
takthanya. Ketika setiap jiwa berada pada tahapan ini, maka rasa senofobia akan
semakin berkurang. Taktha sophia pun akan bertumbuh dan berkembang dalam persaingan
di dunia global dewasa ini.
Sayangnya,
harapan sophia itu tidak menjadi kenyataan. Karena jiwa – jiwa yang selalu
menangis di takthanya tidak memiliki keberanian untuk melangkah keluar dari
taktha itu sendiri. Sebab jiwa mereka sedari kecil sudah diajarkan untuk
melihat dan menilai dunia di luar mereka sangat tidak berperikemanusiaan.
Motifnya adalah jiwa mereka sering melihat dunia luar taktha sophia dipenuhi
dengan kekerasan. Padahal sejatinya, jiwa merekalah yang salah menafsir dunia
kecil di luar taktha sophia.
Setelah
melalui proses peziaran di dalam istana bijak, sophia diutus oleh para bijak
untuk kembali ke takthanya. Kini, sophia telah mengajarkan sentuhan – sentuhan
budaya nusantara bagi seisi jiwa yang menghuni takthanya. Tangisan jiwa – jiwa
yang malang pun diubah oleh sophia dengan kegembiraan akan budaya nusantara
yang tiada taranya di dunia alam semesta ini. Alam semesta nusantara pun ikut
bergembira bersama mereka dalam membangun bangsa Indonesia ke arah yang lebih
baik.
Akhirnya,
kebijaksanaan tidak tergantung pada taraf usia manusia. Kebijaksanaan pun tidak
dimiliki oleh mereka yang berjiwa senofobia. Tetapi kebijaksanaan hanyalah
dimiliki oleh orang – orang yang mau belajar dan menerima budaya orang lain.
Terima kasih alam Nusantara. Terima kasih budayaku. Terima kasih Indonesiaku.
Kritik dan saran yang membangun selalu dinantikan, demi perbaikan blog sederhana ini ke depan. Terima kasih. Berkah Dalem
ReplyDelete