TRADISI HEL KETA MASYARAKAT HAUMENI
TRADISI
HEL KETA MASYARAKAT HAUMENI
Edisi liburan pada tahun ini
sangatlah istimewa bagi saya. Keistimewaan yang saya rasakan adalah ketika
matahari mulai memancarkan tanda – tanda kehidupan di ufuk Timur, di situ pun
ada sukacita dalam keluargaku. Teristimewa sukacita dari keluarga besar saya.
Karena pada saat itu merupakan hari yang sangat dinanti – nantikan oleh segenap
keluarga besarku. Di mana sejarah kehidupan kedua mempelai yang berbahagia akan
disatukan dengan tradisi hel keta. Sembari merasakan atmosfer
dari peristiwa itu, mata hatiku tidak berbohong dengan keindahan alam
perbukitan kampung halamanku.
Tradisi hel keta merupakan pintu awal untuk
menghantar kedua mempelai dalam memasuki bahtera rumah tangga mereka. Pertama –
tama hal yang harus diperhatikan adalah adanya kesepakatan antara pihak
keluarga untuk mengadakan pertemuan di salah satu tempat yang sudah ditentukan.
Tempat yang dianggap paling sakral adalah biasanya di sungai – sungai kecil
ataupun seperti yang tertera di dalam gambar. Letaknya berada di batas kampung
antara pihak laki – laki maupun pihak perempuan. Motifnya adalah untuk mencairkan suasana permusuhan, perselisihan,
pertentangan yang sudah terjadi pada zaman dahulu. Jika kita berhenti
sejenak untuk melihat peristiwa kehidupan ini, di sinilah terdapat satu
kearifan masyarakat Haumeni. Di mana masyarakat yang hidupnya tidak akan pernah
dipisahkan dari alam. Karena alam merupakan bagian integral dari kehidupan
manusia. Hal demikian juga senada dengan filsuf Baruch De Spinoza yang hanya
memandang satu substansi kehidupan yaitu
substansi yang satu dan sama yaitu Allah atau alam.
Tradisi Hel keta diawali dengan dialog
antara tua adat dari pihak laki – laki dan perempuan. Dinamikanya sama seperti
pantun orang Dayak, saling membalas. Peristiwa ini sebagai simbol persatuan atau
sahnya ikatan perkawinan secara adat. Di mana kedua mempelai sekarang
sudah tidak lagi disebut dua pribadi melainkan satu pribadi yang saling
melengkapi, baik dalam suka maupun duka. Sebagaimana dalam perkawinan Gereja
Katolik.
Tradisi ini tidak akan sempurna,
jika belum ada sopi dan sirih pinang. Maklum filosofi
kehidupan orang dawan yang sudah terpatri dalam urat nadi setiap generasi.
Setelah dialog akan dilanjutkan dengan pemotongan hewan yang telah disediakan,
baik dari pihak laki – laki maupun pihak perempuan.Tradisi hel keta akan
dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih intensif mengenai belis dari pihak
perempuan. Di sinilah klimaks atau puncak dari tradisi hel keta.
waktu pun terus berjalan, setapak
demi setapak saya mengikuti acara Hel keta dengan penuh antusiasme.
Karena selain itu, saya juga dihadapkan
dengan tradisi dari budaya lain. Meskipun masih satu daratan, namun budayanya
saling berbeda antara kampung yang satu dengan kampung yang lainnya. Inilah
kebanggaan kita sebagai orang Indonesia yang terkenal dengan keragaman
budayanya. Oleh karena itu, saya berharap semoga dengan adanya potretan singkat
dari tradisi Hel keta ini, dapat membuka wawasan para pembaca untuk terus
menggali kebudayaan masing – masing serta terus membuka diri dengan kebudayaan
lain. Karena di situlah letak eksistensi kita sebagai makhluk sosial.
Nekaf
mese ansaof mese tafen pah Indonesia
Nekaf
mese ansaof mese tafen hit keluarga
Nekaf
mese ansaof mese tafen hit komunitas
Hit
kaisat meragukan atone bian
Satu
hati satu pikiran untuk membangun bangsa Indonesia
Satu
hati satu pikiran untuk membangun keluarga
Satu
hati satu pikiran untuk membangun komunitas
Janganlah
menaruh sikap skeptis terhadap orang lain
Kritik dan saran selalu dinantikan, demi perbaikan blog sederhana ini ke depan. Terima kasih.
ReplyDelete