BAYANG - BAYANG SMARTPHONE
BAYANG
– BAYANG SMARTPHONE
1.
Pengantar
1.1 Latar Belakang
Judul “Bayang-bayang Smartphone, Berkah atau Ancaman, Bagi
Calon Imam Menjelang Revolusi Industri 4.0” agaknya memberi suatu petunjuk
adanya sesuatu inheren, mungkin tentang adanya perubahan sosial, harmoni atau disharmoni
pada ruang lingkup yang dimaksud. Dalam hal ini, penulis menunjuk pada ruang
lingkup komunitas calon imam dalam Gereja Katolik.
Kelompok calon imam adalah suatu
kelompok sosial, meskipun apabila dilihat dalam perspektif statusnya mereka
masuk dalam golongan kelompok religius. Namun unsur religius memiliki
keterikatan dengan unsur sosial, karena kodrat sosial itu sendiri telah melekat
dalam diri manusia sejak lahir. Secara kuantitas, jumlahnya tidaklah banyak
apabila dibandingkan dengan jumlah kelompok sosial lainnya, sebut saja misalnya
umat beragama secara umum/awam (Kristen, Katolik, atau Islam), kaum buruh,
ataupun kaum politikus. Mereka termasuk kelompok kecil dalam differensiasi
sosial. Namun secara kualitas, para calon imam memiliki potensi eksistensi yang
sentral dan vital dalam perjalanan kehidupan, terutama kehidupan sosial-religius
(iman) manusia. Para calon imam yang nantinya akan menjadi seorang imam di masa
depan ibaratnya seperti seorang panglima perang yang memimpin pasukannya,
mengarahkan ke yang baik atau buruk. Mereka ibarat kompas yang mengarahkan dan
menuntun umat. Mereka bakal menjadi pemimpin sekaligus pendamping umat yang
dipercayakan kepadanya. Iman umat yang menganggap mereka sebagai wakil
Allah-utusan Allah dan sebagai tanda eskatologis menghantar mereka pada prinsip
hidup untuk berusaha mendengarkan dan meneladan mereka, yang tentunya tetap bersifat
subyektif-fakultatif (tergantung pribadi masing-masing).
Di sisi lain, para calon imam masa kini
sedang dalam perjalanan untuk memasuki gerbang era Revolusi Industri 4.0.
Mereka tak hanya sedang berjalan dan berproses sendirian melintas lorong waktu
kehidupan, namun mereka sedang berjalan bersama dengan lorong waktu itu sendiri.
Lorong waktu kehidupan itu juga sedang berproses dan mengalami perubahan. Zaman
berubah dan terus berkembang, ada pihak yang menganggapnya sebagai kemajuan luar
biasa yang patut disyukuri atau bahkan justru ada yang melihatnya dari
perspektif lain sebagai sebuah kemrosotan pada penerapan beberapa nilai-nilai
kehidupan. Mereka, para calon imam, atau bahkan manusia siapapun tak akan dapat
menghentikan arus perkembangan zaman ini. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah produk akal budi manusia yang terus berinovasi. Bukanlah sesuatu yang
salah ketika manusia terus haus akan pengetahuan dan mengembangkan daya
kreatifitas mereka demi terwujudnya kemajuan hidup dunia. Yang dapat dilakukan
sebagai manusia yang cerdas adalah beradaptasi untuk masuk ke dalamnya, dengan
tetap bersikap selektif.
Perkembangan zaman yang paling mencolok
nampak dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi nampak begitu jelas mempengaruhi segala bidang
kehidupan lainnya seperti ekonomi, poltik, budaya, maupun pertahanan-keamanan
militer. Bahkan faktanya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mulai merasuk ranah religius/agama, misalnya seperti munculnya Alkitab
Elektronik, Brevir Elektronik, dan lain sebagainya. Dari situ nampaklah bahwa
semua kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menawarkan sebuah cara hidup yang
praktis dan cepat yang menjadi ciri khasnya. Pada situasi seperti ini, para
imam maupun calon imam juga mau tidak mau harus berhadapan dengan realitas
tersebut. Menentang perkembangan ini nampaknya hanya akan membuang-buang waktu
dan tenaga saja. Para imam dan calon imam mesti memakluminya dan meluruskan
paradigma bahwa berbagai perkembangan tersebut sangatlah berguna dan dapat
membantu karya pastoral mereka. Mereka tidak akan dapat ambil bagian dalam
masyarakat, kalau di tengah situasi masyarakat yang sudah maju ini, mereka
tetap bersikap kolot dan bersikap anti terhadap produk-produk perkembangan ilmu
pengetahuan-teknologi seperti gadget,
media-media sosial, dan lain sebagainya. Hal ini terutama dalam penggunaan gadget di kalangan para calon imam.
Hendaknya mereka belajar membiasakan diri dan beradaptasi dalam menjadikannya
sebagai sarana pastoral. Gadget sudah
seharusnya bukan menjadi barang tabu lagi, melainkan menjadi sarana yang
menghantar orang pada kebaikan, dalam hal ini tentu soal pastoral dan pelayanan
umat.
Di era Revolusi Industri 4.0 ini, imam
terutama para calon imam yang akan menjadi imam-imam masa depan, harus mulai
memformulasikan paradigma imamat dalam menatap masa depan Gereja dan dunia.
Peran imamat dalam menguduskan umat haruslah tetap hadir di tengah arus
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini. Caranya adalah beradaptasi di
dalamnya demi pewartaan kepada umat dan dunia seperti pewartaan di media
sosial. Itu juga adalah sebuah cara awal yang membuat umat tetap teranimasi dan
memperoleh warta Injil yang fresh dan
up to date bagi perkembangan iman
mereka pula. Maka dari itu, dalam paper ini, penulis mencoba mengulas soal
peran gadget yang sebenarnya penting
dan baik, terutama bagi para calon imam, untuk pewartaan di masa depan terutama
dalam menyikapi Revolusi Industri 4.0.
1.2 Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan kali ini
akan diawali dengan latar belakang yang berisi tentang permasalahan konkret
yang dihadapi saat ini. Kemudian isi, di mana pada bagian ini diulas mengenai pola
baru dalam lalu lintas informasi zaman sekarang. Kemudian akan diakhiri dengan
kesimpulan dari Penulis, yang berisi strategi-strategi bagi para calon imam
dalam menyikapi Revolusi Industri 4.0. Semoga dengan tulisan ini mengajak
Pembaca menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama gadget haruslah disyukuri bersama
sebagai suatu produk buatan manusia yang sebenarnya memberi banyak kemudahan
dan menjadi sarana bagi karya-karya dalam hidup manusia, termasuk karya
pastoral dalam Gereja Katolik.
2.
Isi
2.1
Pola Baru Lalu Lintas Informasi
Perkembangan media
informasi dan komunikasi telah memasuki sendi – sendi kehidupan kaum religius.
Kehidupan religius tidak bisa dipisahkan dari perkembangan IPTEK. Dalam hal ini
yang berkaitan dengan informasi. Informasi memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa informasi. Berdasarkan fenomena
ini, maka di sini kami selaku penulis mau melihat lebih spesifik lagi mengenai
lalu lintas informasi dalam kehidupan membiara.
Teknologi manusia telah mengubah kondisi
kehidupan manusia yakni terjadi perubahan ruang, gerak, dan lingkungan manusia.
Teknik telah mengubah lingkungan manusia dan hakikat manusia. Akibat teknik,
manusia terlepas dari hakikat kehidupan. Sebelumnya waktu diatur dan diukur
sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia, sifatnya
alamiah dan konkrit.Tetapi sekarang waktu menjadi abstrak dengan pembagian jam,
menit, dan detik. Waktu hanya mempunyai kuantitas belaka, tidak ada nilai
kualitas manusiawi atau sosial, sehingga irama kehidupan harus tunduk kepada
waktu yang mekanistis dengan mengorbankan nilai kualitas manusiawi dan nilai
sosial.[1]
Kehidupan religius
zaman dulu memiliki kesulitan dalam menyampaikan dan mendapatkan informasi.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan IPTEK, kaum religius dimudahkan dalam
menyampaikan dan mendapatkan informasi. Cara penyampaian informasi kaum
religius semakin dipermudahkan dengan kehadiran media komunikasi. Sarana media
sosial yang kerap kali digunakan oleh para religius dalam menyampaikan karya
pastoral adalah melalui Facebook, Whatsapp, dan lain-lain. Kehadiran Facebook dan Whatsapp telah menggeser cara penyampaian atau pewartaan calon imam
yang semula dilakukan secara lisan, berkirim pesan melalui surat – menyurat
yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai kepada setiap orang yang
membutuhkan informasi tersebut. Akan tetapi, cara pelayanan pastoral calon imam
sekarang bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Kemudahan ini hanya bisa
diperoleh, ketika paradigma religius bisa mengikuti perkembangan zaman.
Artinya, dalam hal ini kaum religius dituntut untuk mengikuti perkembangan
zaman. Zaman terus berubah, model pewartaan kaum religius juga ikut berubah.
Perubahan atau transisi ini perlu ditanamkan sejak pembinaan awal calon imam.
Kerangka atau paradigma ini akan membantu pelayanan pastoral kaum religius ke
depannya.
Calon imam zaman
sekarang hidup dalam bayang – bayang smartphone.
Kehadiran smartphone telah membawa
perubahan yang sangat besar dalam karya pelayanan pastoral kaum religius.
Bayang – bayang smartphone bagi calon
imam diibaratkan seperti seseorang yang takut akan kematian. Kematian dipandang
sebagai sesuatu yang sangat menakutkan. Padahal kematian tidak akan dipisahkan
dari kehidupan manusia. Hal demikian juga berlaku bagi penggunaan smartphone. Di mana berdasarkan
pengamatan kami selaku penulis, selama ini ternyata ada beberapa ordo dan
kongregasi yang tidak diperkenankan untuk menggunakan smartphone. Fenomena ini bertolak belakang dengan perkembangan
zaman yang semakin cepat ini. Di mana umat Allah semakin pandai dalam
mendapatkan dan menyampaikan informasi melalui smartphone, sementara calon imam yang tidak diperkenankan untuk
menggunakan smartphone terkadang
mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi. Peristiwa
ini mengindikasikan bahwa bayang – bayang smartphone
akan terus ada sejauh pembinaan calon imam yang tidak diperkenankan untuk
menggunakan smartphone. Selain itu
juga, bayang – bayang smartphone akan
terus hadir dan menyejarah bersama dengan mereka yang sudah diperkenankan untuk
menggunakan smartphone.
Bayang – bayang smartphone menjelang Revolusi Industri
4.0 akan semakin menantang calon imam yang belum dan yang sudah menggunakan smartphone. Karena Revolusi Industri 4.0
sebagaimana yang akhir – akhir dibicarakan di media massa bahwa segala sesuatu
akan terkoneksi dengan internet. Konektivitas segala bidang kehidupan melalui
jaringan internet juga memberikan ruang kebebasan bagi calon imam maupun awam
dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi seputar religiusitas. Sarana
inilah yang kami sebut sebagai pola baru lalu lintas informasi.
Faktor teknologi tidak lagi dapat dijadikan alasan
untuk membenarkan adanya pembatasan kebebasan, sebagaimana yang terjadi pada
media penyiaran. Walaupun demikian, Tidaklah bijaksana jika kita hanya
tergantung pada teknologi saja, karena bahkan teknologi baru pun memiliki
keterbatasan dan kelemahan tersendiri.[2]
Berdasarkan pendapat
yang di atas, kami melihat bahwa arus perkembangan teknologi telah menerobos
masuk dalam sendi - sendi kehidupan manusia, termasuk calon imam. Tidak ada
alasan untuk membatasi kebebasan seseorang untuk terjun ke dalam penggunaan smartphone. Namun tidaklah bijaksana
jika kita hanya tergantung pada teknologi saja. Karena kehadiran teknologi juga
mempunyai sisi kelebihan dan kelemahannya. Inilah realitas kehidupan kita di
zaman modern ini. Kita tidak akan terpisah lagi dari kehidupan teknologi.
Karena inilah masanya. Masa yang harus dinikmati oleh setiap orang, termasuk
calon imam dalam karya pelayanan pastoral. Inilah perubahan sosial yang terjadi
dalam kehidupan kita, yang mau tidak mau kita harus menerima dan mulai terjun
ke dalamnya.
2.2 Dampak Positif dan Negatif
Perubahan sosial
menjelang Revolusi Industri 4.0 sangat mempengaruhi tatanan kehidupan bagi para
calon imam. Salah satu alat komunikasi yang sangat populer ialah smartphone. Dimana komunikasi antara
pribadi merupakan bagian kegiatan yang penting dalam proses pembentukan calon
imam. “Telepon adalah kelanjutan dari
komunikasi lisan yang tradisional”.[3]
Di satu sisi perubahan ini membawa berkah bagi calon imam, namun di sisi lain
menjadi ancaman, yang mesti dicermati dan disikapi dengan bijak, oleh para calon
imam itu sendiri. Jadi ada dua dampak perubahan sosial yang tidak bisa terlepas
dari hadirnya smartphone di dalam
kehidupan para calon religius yakni antara lain:
1)
Dampak Positif
Adanya
smartphone membawa berkah bagi para
calon iman secara khusus dalam bidang pastoral antara lain:
Ø Komunikasi
dengan umat menjadi lebih mudah
Di
zaman yang terus berkembang dan teknologi yang semakin canggih khususnya smartphone, tentu menarik semua orang
dan sebagian besar umat telah memiliki smartphone.
Sehingga dengan adanya smartphone
membantu untuk membangun komunikasi dengan umat terutama dengan mereka yang
jaraknya cukup jauh.
Ø Mudah mendapat
informasi yang baru
Dari
smartphone, kita lebih mudah mendapat
informasi-informasi baru baik itu dalam bentuk pesan, iklan, simbol, berita dan
lain sebagainya. Dengan meng-update
informasi terbaru secara tidak langsung menambah wawasan dan kita tidak menjadi
orang yang ketinggalan informasi.
Ø Menjadi lebih
kreatif
Dari
informasi yang di dapat, membuka wawasan seseorang dan tidak menutup
kemungkinan membuatnya untuk melakukan sesuatu yang selama ini tidak pernah
terpikirkan olehnya.
2)
Dampak Negatif
Adanya
smartphone tidak hanya membawa berkah
tetapi sekaligus juga membawa ancaman bagi panggilan calon imam itu sendiri.
karena relasi komunikasi yang di bangun menembus tembok biara. Kita dapat
melihat dampak negatifnya antara lain:
Ø Teman yang jauh
jadi dekat dan yang dekat jadi jauh
Dalam
membangun komunikasi, seringkali seseorang lebih cendrung berkomunikasi dengan
tidak bertatap muka secara langsung atau orang yang tidak ada dihadapannya.
Dengan alasan ia dapat mengekspresiakan dirinya namun tanpa disadari teman yang
dekat ditinggalkan.
Ø Membuat tidak
kudus
Dalam
smartphone terdapat berbagai macam
aplikasi yang dapat membuka berbagai macam situs yang terlarang dan itu sangat
mudah untuk diakses.
Ø Menjadi pribadi
yang egois
Dengan
adanya smartphone, banyak waktu yang
digunakan hanya untuk hal-hal pribadi. Cendreung mengurung diri dikamar dari
pada mengobrol dengan orang lain.
Ø Pergi ke gereja
tidak lagi membawa kitab suci tetapi smartphone
Membawa
smartphone kegeraja lebih nyaman dan
lebih ringan dibandingkan membawa kitab suci karena di dalamnya sudah terdapat
berbagai aplikasi rohani seperti kitab suci, puji syukur, madah bakti dan
doa-doa lainnya sehingga menjadi lebih praktis.
Ø Menjadi pribadi
yang individualis
Mungkin
yang dulu rekreasi komunitas lebih mengutamakan kebersamaan dengan berkumpul
bersama dengan bermain kartu, catur, karambol, ular tangga, UNO, dan lain
sebagainya, tetapi dengan adanya smartphone,
seseorang cendrung bermain sendiri dikamar. Karena segala jenis permainan ada
di dalamnya.
3.
Kesimpulan
Faktor teknologi
tidak dijadikan alasan untuk membenarkan adanya pembatasan kebebasan penggunaan
teknologi smartphone bagi calon
pembinaan imam. Calon imam juga harus diberikan kebebasan dalam membangun
koneksi dengan siapa pun dalam karya pelayanan pastoral. Salah satu cara untuk
mengembangkan karya pastoral adalah melalui penggunaan smartphone. Penggunaan smartphone
dapat membantu calon imam dalam mengembangkan diri dalam karya pelayanan
pastoral. Sebagai pendekatan kontekstual adalah melalui media sosial seperti
facebook dan whatsapp. Kehadiran media – media seperti ini merupakan jalur lalu
lintas pertukaran informasi yang mutakhir bagi calon imam di era globalisasi
ini. Hal ini juga sebagai persiapan calon imam menjelang kehadiran revolusi
industri 4.0 yang akhir – akhir ini dibicarakan oleh media – media massa.
Akhirnya, semoga dengan tulisan yang sederhana ini dapat membuka wawasan kita
dalam menyambut era kehidupan baru. Di mana setiap orang diberikan kebebasan
dalam mengikuti perkembangan dunia teknologi. Selain itu bayang – bayang smartphone juga tidak menjadi batu
sandungan bagi calon imam dalam menjalani panggilannya di zaman digital ini.
Namun kembali
lagi pada pihak manusia, mereka harus menjadikan teknologi-teknologi yang ada
itu sebagai sarana yang membawa pada hal-hal baik dan produktif. Jangan sampai
manusia justru menjadi teralienasi.[4]
Teknologi-teknologi manusiawi harus memberikan kepada manusia suatu kehidupan
manusia yang sehat dan seimbang, bebas dari tekanan-tekanan dan ketegantungan.
Teknik harus menyelaraskan diri dengan kepentingan manusia bukan sebaliknya.
Melalui teknologi-teknologi bukan berarti menghilangkan kodrat manusia
(kebebasan dalam mengambil keputusan) itu sendiri, tetapi perlu memanusiakan
produk-produk teknologi. Manusia bukan objek teknologi tetapi suatu subyek
teknologi. Kondisi sekarang sering manusia menjadi objek teknik dan harus
selalu menyesuaikan diri dengan teknik. Terlepas dari adanya dampak-dampak
negatif yang tertera di bagian sebelumnya, manusia perlu menyadari bahwa di
situlah letak tanggung jawab manusia sebagai pribadi yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran dan kebebasan
dalam menjalani hidupnya.
Maka dari itu,
pembinaan calon imam harus memiliki sikap terbuka terhadap perkembangan zaman
dan perubahan sosial yang terjadi agar tidak ketinggalan zaman sehingga
pewartaan iman pun tidak membosankan. Dengan begitu, umat pun merasa bahwa
warta yang mereka terima selalu menyegarkan kembali iman mereka (iman yang
tetap kontekstual).
DAFTAR
PUSTAKA
Budianto, Antonius Sad,
Diktat “Sosiologi Sistematis”, Malang,
2017.
McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa – Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga,
Jakarta 1991.
Soelaman,
M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar - Teori
dan Konsep Ilmu Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, 2008.
Tondowidjojo
CM, John, Perkembangan dan Pengembangan
Komunikasi Dewasa Ini, Penerbit Yayasan Sanggar Bina Tama, Surabaya, 1989.
Ritzer,
George, Teori Marxis dan Berbagai Ragam
Teori Neo-Marxian, Penerbit Kreasi Wacana, New York, 2004.
[1] M. Munandar Soelaman, Ilmu Sosial Dasar - Teori dan Konsep Ilmu
Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 219.
[2]
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa,
(Jakarta: Erlangga, 1991), Hlm. 43.
[3]
John, Tondowidjoo: Perkembangan dan Pengembangan Komunikasi
Dewasa ini; Surabaya , Yayasan Sanggar Bina Tama. 2007, Hlm 11
[4]
Menurut Karl Marx, alienasi menghantar manusia mengalami degradasi pada
aktivitas produktivitas mereka, tujuan aktivitas mereka (produk yang
dihasilkan), teralienasi dari sesamanya, dan yang paling umum mereka
teralienasi dari potensi kemanusiaan mereka sendiri. Lebih lanjut, Karl Marx
menyinggung bahwa kerja dan sifat dasar manusia telah diselewengkan oleh kaum
kapitalis.
Kritik dan saran selalu dinantikan demi perbaikan blog sederhana ini ke depannya. Terima kasih
ReplyDelete